Lembaga survei Frost & Sullivan memperkirakan kebutuhan
investasi minyak dan gas di Indonesia selama periode 2012–2018 akan
mencapai USD68,7 miliar atau sekitar Rp625,2 triliun.
“Kebutuhan investasi selama
tujuh tahun tersebut terdiri dari USD33,9 miliar di bidang hulu migas
dan investasi midstream( produk antara) sebesar USD13,6 miliar, serta
hilir migas USD21,2 miliar,” ujar Konsultan Frost & Sullivan Pradi
Wigianto di Jakarta kemarin. Pradi menjelaskan, investasi midstream
terdiri dari proyek fasilitas regasifikasi senilai USD1,9 miliar;
pencairan gas alam cair (LNG) USD2,7 miliar; proyek terminal,tangki,
pipa, dan penampungan gas USD1 miliar; serta terminal terapung LNG USD8
miliar.
Proyek-proyek tersebut antara lain terminal LNG terapung
di Jakarta yang akan beroperasi pertengahan tahun 2012 dan kilang LNG
di Senoro,Sulawesi Tengah, dengan target operasi 2014. Sementara,
investasi hilir migas terdiri dari kilang senilai USD13,6 miliar dan
petrokimia senilai USD7,6 miliar.Proyek hilir itu antara lain kilang
bahan bakar minyak (BBM) di Balongan dan Tuban, serta petrokimia yang
dibangun PT Chandra Asri Tbk dan Dow Chemical. Pradi mengatakan,
perkiraan angka investasi tersebut merupakan skenario optimistis yang
proyeknya ditargetkan selesai antara 5–6 tahun ke depan.
“Proyek-proyek
yang masuk dalam survei itu sudah masuk dalam FEED (front-end
engineering design) atau sudah ada desain rincinya,” jelas dia. Namun,
imbuh dia, realisasi proyek-proyek tersebut tergantung sejumlah hal lain
seperti pembebasan lahan dan insentif untuk kilang. Sementara, Director
Energy and Power Systems Forst & Sullivan Subbu Bettadapura
mengatakan,khusus pada 2012 Indonesia mengeluarkan modal eksplorasi dan
produksi sebesar USD21 miliar, me-ningkat 23,5% dibandingkan 2011.
“Proyek eksplorasi laut dalam akan menjadi segmen pertumbuhan
utama,”ujarnya.
Beberapa proyek utama sektor hulu yang akan
menjadi andalan adalah lapangan gas Jangkrik yang diharapkan dapat mulai
produksi 2015, lapangan gas Gehem, Gendalo, yang dikembangkan oleh
Chevron ditargetkan mulai berproduksi 2016, dan pengembangan lapangan
gas Abadi yang diperkirakan berproduksi pada 2018. Dia menambahkan,
masih banyak blok-blok lepas pantai dengan cadangan gas potensial yang
belum dieksplorasi.Padahal, Indonesia memiliki masa depan yang
menjanjikan terkait penemuan migas laut dalam untuk kawasan Asia
Tenggara dan berpotensi untuk memenuhi permintaan akan gas alam baik
dari dalam negeri maupun luar negeri yang kini tengah tumbuh.
Indonesia
memiliki 3,18 triliun meter kubik cadangan gas dan merupakan salah satu
negara yang berada di peringkat atas dalam hal cadangan gas. Di sisi
lain, lanjut Subbu, Indonesia kini justru diha-dapkan pada persoalan
banyaknya ladang minyak yang telah menua dan menipisnya cadangan minyak.
Satu-satunya cara untuk mendongkrak produksi minyak dan gas nasional
menurut dia adalah dengan menemukan lebih banyak cadangan gas melalui
peningkatan investasi ke sektor hulu.
Terkait dengan itu,
Direktur Center for Petroleum and Energy Economic Studies Kurtubi
menyayangkan bahwa sebagian besar investasi hulu migas dialokasikan
untuk kegiatan produksi,bukan eksplorasi. Padahal, dengan terus turunnya
cadangan migas di Indonesia, kegiatan eksplorasi seharusnya diutamakan.
“Kalau dana itu kebanyakan untuk kegiatan produksi, angka itu
menyesatkan karena kegiatan produksi itu kan hanya menguras minyak dan
dana yang dikeluarkan juga dikembalikan melalui cost recovery,”ujarnya.
Dia
menilai, Undang- Undang No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi
salah satu penghambat kegiatan eksplorasi, sehingga tidak ada penemuan
cadangan migas dalamjumlahbesardalambeberapa tahun terakhir ini. “Adanya
pajak eksplorasi dan panjangnya birokrasi membuat investor malas
berinvestasi pada kegiatan eksplorasi,” tandasnya. Berdasarkan data
Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), cadangan terbukti
minyak Indonesia adalah sebesar 4 miliar barel dan diproyeksikan habis
dalam 12 tahun ke depan.
Proyeksi itu dengan menggunakan asumsi
tingkat produksi sebesar 900.000 barel per hari dan tidak ditemukannya
lagi cadangan baru. Sementara, cadangan terbukti gas bumi nasional saat
ini sebesar 107 triliun standar kaki kubik dan diperkirakan habis hingga
40 tahun ke depan. ●nanang wijayanto
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/489460/
matahatinews
02.51
Admin
Bandung Indonesia